Kemarin malam saya sempat tersadarkan oleh sebuah pertanyaan. Pertanyaan klasik yang lama tak ku dengar, kini kembali mengantarkanku ke alam khayal yang nyaman.
"kak, cita-citanya apa?", tanya muridku di sela-sela pelajaran. Pertanyaan yang dulu mudah kujawab, kini serasa pedang yang siap menyerang.
Ya, dulu dengan enteng ku jawab "professor", hal yang keren menurutku dulu.
Dari kecil suka sains, bacaan waktu SD buku paket fisika SMA, tiap keperpus sekolah baca ensiklopedi sains, suka bereksperimen di rumah pake magnet, listrik, karet dll.
Oke, dengan percaya diri kuputuskan tuk jadi professor.
Tapi waktu memberimu pilihan, semakin bertambah usia semakin luas pergaulan kita. Hingga cita-cita itu kembali dipertanyakan.
"yang bener lu mau jadi professor? mau botak trus pake kacamata tebel gitu??"
Berkenalan dengan pengetahuan yang baru, mengunduh kesan-kesan yang baru, semuanya mempengaruhi arah hidup ini.
Hingga kedewasaan menghampiri, membuatmu realistis, tak berani bermimpi, takut gagal, dan disuguhi masa depan yang nyata.
Dengan terpaksa kuhapus dan kuganti dengan yang impian yang jauh lebih nyata. "Buat apa mimpi tinggi-tinggi sekarang, udah dewasa boy, get a real life".
...
Lalu kujawab kembali pertanyaan itu "mungkin dosen, analis perusahaan atau aktuaris ..."
Seperti gelas yang terisi penuh, kau harus berani mengosongkannya untuk dapat mengisi air yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar