Kamis, Oktober 24, 2013

Tempat sampah atau ladang berkah?

     Di jaman yang semakin canggih ini kebutuhan manusia dalam berkomunikasi dan bersosialisasi menjadi serba mudah, kemajuan teknologi komputer dan jaringan internet menjadi sebabnya. Tanpa sadar, cara bergaul kita berubah drastis. Merubah kebiasaan, tingkah laku, pola hidup dan cara berfikir manusia. Parahnya, hal ini berimbas pada etika dan norma-norma yang semakin diabaikan. Hukum Moore menyebutkan, teknologi dapat berkembang secara eksponensial, tetapi kemampuan manusia untuk mengimbanginya tetap. Konstan! Manusia masih belum siap untuk menyikapi perkembangan teknologi secara dewasa. Akibatnya, banyak teknologi disalahgunakan.

     Salahsatu produk perkembagan teknologi yang mulai bias fungsinya adalah sosial media(sosmed).
Sosmed mulai nge-trend di kalangan remaja saat friendster menjadi jawaranya. Tujuannya simpel aja, untuk memudahkan kita dalam bersosialisasi dan berkomunikasi via internet. Jujur gua suka friendster karena bisa di utak-atik kodingannya biar bisa di-customize template-nya. Setelah itu Facebook mulai merajai dunia persosialmediaan.

Wailing Wall / Dinding Ratapan

     Konsep yahudi milik mark Zuckerberg terbukti dapat diimplementasikan di masyarakat indonesia. Yahudi?? Ya, di Yerusalem masih berdiri tembok sepanjang 60 meter yang disebut "Wailing Wall" atau "Tembok Ratapan". Dulu namanya Dinding Barat, panjangnya 485 meter dibangun oleh Raja Salomon (Sulaiman-red), putra Daud. Bait Suci itu hancur ketika Israel diserbu tentara Romawi pada tahun 70 Masehi. Sekarang sisanya tinggal 60 meter. Bangsa yahudi percaya sisa tembok ini tidak ikut hancur karena dilindungi oleh Tuhan. Jadi berdoa di tembok ini sama saja dengan berdoa kepada Tuhan. Sejak saat itu tempat ini ramai didatangi kaum yahudi untuk berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Banyak juga yang menyelipkan sepotong kertas berisi tulisan doa-doa mereka di celah-celah dinding.

Berdoa dan meratap di dinding ratapan

     Tembok itu masih ramai dikunjungi sampai sekarang. Malah telah dibuat tembok baru yang jauh lebih ramai dikunjungi, pengunjung tinggal duduk didepan gadget yang terhubung dengan internet, maka doa dan ratapan siap diterbitkan didinding (wall), malah setiap orang punya wall pribadinya masing-masing.
Tembok apa itu?? apalagi kalo bukan Facebook. Mark Zuckerberg dan teman-temannya tertawa terpingkal-pingkal melihat keberhasilan konsep "Tembok Ratapannya". Kini Setiap orang tidak hanya yahudi, bebas meratapi nasibnya di dinding ini.

     Oia, gua tetep pengguna Facebook kok, Tapi terlepas dari misi yahudi untuk menguasai dunia, gua tetep sebel ama Facebook. Eh enggak deng, bukan Facebooknya, tapi SEBAGIAN pengguna Sosial media pada umumnya. Gimana gak sebel, sebagian Home gua (Beranda, timeline atau apalah namanya) isinya hal-hal yang gak berguna. Gak salah dong kalo gua sebut tempat sampah?

Gak bisa membedakan yang bersifat publik dan privasi
     Ini nih... Banyak pengguna sosial media tidak bisa membedakan mana yang boleh menjadi konsumsi publik, mana yang bersifat privasi. Kebanyakan orang suka mengupdate kehidupan pribadinya tanpa berfikir panjang akibatnya. Bakal banyak yang baca loh, mungkin ada aib diri, keluarga atau orang lain di dalamnya. Gak kepikiran bakal ada orang lain yang tersinggung membacanya?

     Satu lagi deh, kalo kalian punya masalah sama orang lain, ingin memberi kritikan atau pesan, atau mau ngajak berantem sekalian, kenapa gak langsung aja ngomong ke orangnya. Di setiap sosmed juga pasti ada fasilitas message/mail/chat-nya kan? Nah disini kan lebih aman, cuma kalian berdua yang tau, gak perlu ada pihak laen yang ikut nimbrung. Jangan cuma bisa nyindir2 dibelakang, malah bisa bikin salah paham.

Medan perang buat yang suka maen hujat & singgung2an
     Wah... seru sih, bahkan ada yang sampai bawa-bawa SARA, coba cek Forum AKA (Agama dan Kepercayaan) di Yahoo Answer, dijamin ngakak. Ayolah, kalo punya masalah jangan cuma singgung-singgungan di sosmed. Inget, ini memang dunia maya, tapi yang baca semua orang beneren gan.

Tempat sampah buat yang suka berkeluh-kesah
Capek bro
Bingung...
GALAU
ich panas bangettt
aku masih menanti
Arggh
pengeenn nangis soal ujiannya susaaaaah..
Hufft.

     Okelah mengeluh itu wajar, tapi gak keseringan dan liat tempatnya juga. Biar eksis? cari perhatian? cari simpatisan? Entah apa tujuan mereka membuat status/update gak jelas seperti diatas, yang jelas mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah, apalagi mengeluh di tempat beginian, malah cari masalah baru. Gak percaya? Contoh seorang pekerja mengeluh punya bos galak, terus bikin status "nasib gue, punya bos mantan preman". Ternyata bosnya membaca status tersebut. Nah loh, dipecatlah dia.

     Dengar dari sebuah talkshow tentang melamar pekerjaan, ternyata salah satu cara menyeleksi para pelamar pekerjaan adalah dengan melihat langsung sosmed-nya (kalo CV kan bisa di buat-buat). Buat yang suka mengeluh, para HRD akan menilai bahwa orang ini tidak dapat diandalkan dalam pekerjaan, cuma bisa mengeluh, tidak ada motivasi untuk menjadi lebih baik, selalu berfikiran negatif. Mungkin lebih parahnya, HRD akan menilai ia terlalu sering browsing internet daripada bekerja, atau ia dapat membeberkan rahasia dan kekurangan perusahaan karena sering mengeluh di sosmed. Mana mau HRD menerima orang beginian. Rugi sendiri kan??

     Hindari juga cari-cari perhatian dan cari simpati dari kesedihan yang menimpa anda. Makanya sebelum mengupdate status anda pikirkan baik-baik akibatnya, bagaimana kesan orang lain kepada anda setelah membacanya dan seberapa penting status itu perlu dibaca orang lain. Jaga rasa malu dan kehormatan diri kalian.

Cari jodoh/temen sembarangan, diajak ketemuan, malah diculik entah dibawa kemana
Haha.. Ada ada aja jaman sekarang, no comment lah.

Bikin sensasi malah kena kasus
     Sosmed menjadi pengganti dari forum-forum dunia nyata, sehingga kita dapat menyuarakan pendapat kita dengan bebas. Ya, kebebasan berpendapat yang kebablasan. Udah banyak nih contohnya. Penegak hukum yang sembarangan bikin status, sampai dilawan dengan gerakan 1000000000 (gatau nol-nya berapa) dukungan melawan dia. Atau yang pernah terjadi di kampus gua, gara-gara mengejek salahsatu jurusan, ia harus meminta maaf kepada seluruh jurusan tersebut se-Indonesia. Yaa... pokoknya hati-hati deh kalo mau bikin sensasi dan kontroversi.



     Jadi siapa yang salah? Sosial Media-nya-kah yang salah? Enggak bro, petani yang bodoh hanya akan menyalahkan perkakasnya. Teknologi itu cuma alat, yang menentukan baik buruknya tetep penggunanya. Jadi terserah kita mau digunakan untuk apa. Coba lihat senjata, ia bisa digunakan untuk kejahatan atau malah untuk melindungi diri dari kejahatan. Sekarang lihat kendaraan bermotor, apa fungsi awalnya? tapi kendaraan mungkin dapat menimbulkan korban jiwa jauh lebih banyak dari senjata.

     Memang gak semua orang di sosmed melakukan hal-hal diatas, karena sebagian lainnya sudah tau bagaimana memanfaatkan sosmed untuk kebaikannya sendiri. Sebenernya kalo kita mau, sosmed mungkin akan jauh lebih banyak manfaatnya untuk kita, contohnya:
Cari relasi, sharing hobi dan peluang kerja/bisnis
Forum jual beli, publikasi event
Cari/sebar informasi & berita terupdate
Media belajar onlen & sharing pengalaman hidup berharga
Dakwah onlen, beeeuuh..
Atau kembali ke fungsi awalnya, Media pertemanan, berkomunikasi dan bersosial
Serta masih banyak lagi.

Jadi mau diapakan tempat ini? tempat sampah-kah? atau malah ladang berkah? pilihan ada ditangan anda.

"IF YOU NEED TO CYR JUST USE A TISSUE, NOT YOUR FACEBOOK STATUS!!"